Kampung Boyan di Dabo Singkep
Kemasyhuran timah di Dabo, pulau Singkep, kabupaten Lingga,
menarik perhatian dunia. Dimulai pada zaman kesultanan, era penjajahan Belanda,
hingga masa kemerdekaan sampai pada tutupnya PT Timah pada 1992-an.
Pendatangpun berbondong ke pulau yang berada di utara pulau Bangka, termasuk
juga pendatang dari pulau Bawean.
Masyarakat Bawean memang sudah terkenal sebagai perantau. Jejak mereka lebih banyak ke arah barat dari pulau yang berada di laut Jawa itu. Bangka, Belitung, Kijang (Bintan), Singapura, dan Malaysia menjadi tempat tujuan merantau yang paling banyak diminati setelah Jawa.
Para perantau ini seringkali meninggalkan jejak berupa nama kampung, yakni Kampung Boyan. Nah, itulah yang menjadi pijakan, tradisi rantau warga Bawean memiliki jejak, baik berupa nama maupun tradisi. Di Dabo Singkep, terdapat juga sebuah kampung bernama Kampung Boyan. Di situ, dahulu, pada masa kejayaan PT Timah, terdapat sekelompok perantau dari Bawean. Mereka mencoba menggantungkan asa dari tambang yang telah terkenal ke sentaro dunia. Ada juga yang datang sebagai pedagang.
Dari beberapa penuturan orang Boyan di Dabo Singkep, mereka ada yang datang langsung dari Bawean dan ada pula yang datang dari Bangka dan Belitung. Tidak perlu diceritakan lagi bagaimana masyarakat Bawean bisa merantau sebab semuanya, ketika itu, menggunakan jalur laut dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan ekonomisnya.
Masyarakat Bawean memang sudah terkenal sebagai perantau. Jejak mereka lebih banyak ke arah barat dari pulau yang berada di laut Jawa itu. Bangka, Belitung, Kijang (Bintan), Singapura, dan Malaysia menjadi tempat tujuan merantau yang paling banyak diminati setelah Jawa.
Para perantau ini seringkali meninggalkan jejak berupa nama kampung, yakni Kampung Boyan. Nah, itulah yang menjadi pijakan, tradisi rantau warga Bawean memiliki jejak, baik berupa nama maupun tradisi. Di Dabo Singkep, terdapat juga sebuah kampung bernama Kampung Boyan. Di situ, dahulu, pada masa kejayaan PT Timah, terdapat sekelompok perantau dari Bawean. Mereka mencoba menggantungkan asa dari tambang yang telah terkenal ke sentaro dunia. Ada juga yang datang sebagai pedagang.
Dari beberapa penuturan orang Boyan di Dabo Singkep, mereka ada yang datang langsung dari Bawean dan ada pula yang datang dari Bangka dan Belitung. Tidak perlu diceritakan lagi bagaimana masyarakat Bawean bisa merantau sebab semuanya, ketika itu, menggunakan jalur laut dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan ekonomisnya.
Kampung Boyan di Singkep ini terletak di pesisir pantai. Di
kampung itu lebih banyak di tumbuhi pohon kelapa. Akan tetapi, Kampung Boyan di
desa Batu Berdaun Kecamatan Singkep kabupaten Lingga ini tidak lagi ada orang-orang
Boyan itu. Entah sejak kapan mereka meninggal kampung dan hanya menyisakan nama
saja. “Dulu banyak, sekarang tak ada lagi (orang Boyan yang menetap di kampung
itu),” kata Iwan, ketua RT di kampung itu.
Meski tidak lagi ditemukan keturunan Bawean di kampung itu, sebenarnya,
mereka masih ada yang menetap di pulau Singkep. Mereka telah tersebar ke
beberapa kampung-kampung lainnya. Saat ini, lokasi yang paling terkenal dengan
banyak warga ataupun keturunan Bawean itu sebuah kampung bernama Tansirasif,
yang berada di kecamatan Singkep Barat.
Di sana, warga Bawean banyak yang memilih menjadi petani. Hasil pertanian mereka untuk
memenuhi kebutuhan warga Singkep. Yang tidak kalah terkenal ialah durian hasil
dari pohon-pohon tanaman orang Boyan. Tidak sedikit orang Singkep yang menaruh
rasa takjub dengan etos kerja orang Boyan, apalagi hasil tanaman mereka dikenal
selalu bagus.
Ada juga sebagian keluarga lainnya yang menetap di Dabo Singkep.
Di antara mereka ada yang menjadi buruh dan ada pula karyawan biasa. Sependek
pengetahuan penulis, belum ada keturunan Bawean yang memiliki kedudukan
strategis di pemerintah maupun politik di kabupaten Lingga. Kelak, jika ada
kisah lain perihal orang Boyan ini, tentu akan penulis bagikan lagi kepada
pembaca. (Abd Rahman Mawazi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar